Cerita ini saya tuliskan agar dapat berbagi dengan sahabat Rumah Islami. Ada sisi lain di Jakarta yang menyejukkan hati di tengah panasnya roda kehidupan Ibukota.
******
Ada sepasang suami istri yang sudah tua sekali. Hampir tiap hari mereka lewat depan rumah menjajakan dagangannya. Sang suami berusia 95 tahun dan istrinya 78 tahun. Saat saya tanya pada si nenek siapa namanya, dia menjawab “Nama saya Nek Kesih neng “.
Mereka berdua ternyata berasal dari Subang. Kemana-mana selalu berdua karena mereka tidak dikaruniai keturunan. Pernah saya bertanya apakah Nek Kesih punya saudara di Jakarta, dia hanya tersenyum dan menjawab bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan sanak saudaranya.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka berkeliling menjajakan jagung dan kacang rebus dari pagi sampai dengan pukul 19.00. Yang bikin saya geleng-geleng kepala adalah mereka harus berkeliling dengan membawa beban yang tidak ringan. Paling tidak 20 jagung yang sudah direbus dipikul oleh sang kakek, sedangkan si nenek bahkan sampai membawa 30 jagung plus kacang rebus! Terkadang setelah seharian berkeliling, semuanya harus mereka bawa pulang karena tidak laku. Tak tahan rasanya kalau mendengar cerita mereka. Walaupun tidak pernah sekalipun Nek Kesih mengeluh. Beliau bercerita dengan wajah yang selalu tersenyum. Heran!
Karena tidak tega, beberapa kali saya borong dagangannya yang tersisa. Paling tidak meringankan bawaan kakek dan nenek. Mereka bisa pulang dan tak perlu berkeliling lagi.
Ada satu hal yang selalu saya ingat. Mereka pasti menolak kalau hanya dikasih uang! Saya bilang bahwa ini ala kadarnya buat beli lauk. Sambil menggelengkan kepala, diserahkan si Nenek beberapa buah jagung seharga uang yang saya berikan. Bahkan harganya diturunkan alias dikasih diskon “ini spesial buat Eneng aja lho” begitu si Nenek selalu katakan.
******
Sudah hampir dua minggu kakek dan nenek tidak lewat depan rumah. Ada apa ya? Sempat terbersit perasaan yang tidak enak. Ada rasa kehilangan juga.
Sampai akhirnya dua hari yang lalu saya dengar suara teriakan nenek menjajakan dagangannya. Spontan saya keluar rumah dan menghampiri beliau. Si Nenek tersenyum saat saya panggil. Tapi dimana si Kakek ya?
“Kakek sakit Neng. Udah dua minggu hanya tiduran di kamar” Benarlah perasaan saya. Saya tanyakan apakah sudah dibawa ke dokter. Nenek menjawab bahwa Kakek sudah dikasih obat tradisional. Kakek ternyata paling anti ke dokter. Takut disuntik :)
Saat sedang memilih jagung, si Nenek tiba-tiba memegang tangan saya. “Neng, Insha Allah besok hari terakhir saya berjualan”. Saya sedikit terperanjat “Kenapa Nek? Kok berhenti berjualan?”. Beliau kemudian bercerita bahwa si Kakek sudah merasa bahwa hidup beliau tidak lama lagi. Penyakit yang dia derita, saat saya tanyakan penyakit apa Nenek hanya tersenyum, telah menggerogoti tubuhnya. Bila saatnya tiba, Kakek ingin meninggal di kampung halamannya.
******
Kemarin suara Nek Kesih tidak terdengar seharian. Bukankah ini hari terakhir beliau berjualan? Padahal telah saya niatkan untuk memberikan uang, walaupun tidak seberapa, lumayan untuk ongkos pulang kampung dan bekal seadanya.
Karena penasaran, malamnya saya minta tolong Tukang Ojek dekat rumah untuk mencari alamat beliau. Yang cukup mengherankan ternyata dia tahu rumah Nek Kesih!
“Saya tahu Bu rumah kontrakannya. Nenek itu baek banget. Sering ngasih jagung dan kacang rebus sama kita-kita tapi ga mau dibayar”
Saat tiba di rumah kontrakan Nek Kasih, hati saya cukup terenyuh melihat kondisinya. Mungkin belum pantas disebut rumah ya, kamar petakan tepatnya. Luasnya hanya 2,5m x 3m. Dinding kamar itu hanya ditutupi seng dan pintunya hanya tertutup setengah saja. Bagian atas pintu ditutupi kain agar tidak terlalu dingin di waktu malam.
Saat saya sampaikan maksud kedatangan malam itu, mereka berdua menangis sambil berkali-kali mengucapkan terima kasih. Saya pun tak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Ya Allah betapa yang hamba berikan sangatlah tidak seberapa! Menyesal rasanya hati ini karena tidak membawa lebih. Nek Kesih minta sama Kakek untuk berdoa untuk kebahagiaan saya dan keluarga. Doa yang begitu panjang dan semakin membuat hati saya bersedih.
******
Hari ini tidak terdengar lagi suara Nenek dan Kakek menjajakan dagangannya. “Mereka sudah berangkat subuh tadi Bu”. Begitu kata Tukang Ojek yang kebetulan lewat depan rumah.
Sekedar info, kemaren malam saat saya tanya berapa ongkos ojeknya, si abang menolak untuk dibayar. “Gratis Bu. Saya ga bisa kasih apa-apa buat Nenek. Cuma ini yang saya bisa kasih. Beliau orangnya baek”. Subhanallah!
Dan yang cukup membuat saya sedih adalah saat kemaren malam ngobrol dengan Kakek dan Nenek, saya baru tahu kalau jagung yang mereka jajakan dibeli dari tetangga dan keuntungan per jagung hanya 500 perak! Padahal tidak sekali dua kali mereka kasih diskon yang kalau dihitung untungnya hanya menjadi 200-300 perak!
******
Selamat jalan ya Kakek dan Nenek Kesih yang baik. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik buat kalian berdua.Tak terasa telah tumbuh rasa sayang di dalam diri saya dan keluarga. Sulit rasanya melupakan mereka, padahal baru sebulan terakhir kami cukup dekat. Serasa ada ikatan batin di hati kami...
Catatan: Foto di atas diambil sebagai kenang-kenangan di malam terakhir sebelum mereka pulang kampung.
******
Ada sepasang suami istri yang sudah tua sekali. Hampir tiap hari mereka lewat depan rumah menjajakan dagangannya. Sang suami berusia 95 tahun dan istrinya 78 tahun. Saat saya tanya pada si nenek siapa namanya, dia menjawab “Nama saya Nek Kesih neng “.
Mereka berdua ternyata berasal dari Subang. Kemana-mana selalu berdua karena mereka tidak dikaruniai keturunan. Pernah saya bertanya apakah Nek Kesih punya saudara di Jakarta, dia hanya tersenyum dan menjawab bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan sanak saudaranya.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka berkeliling menjajakan jagung dan kacang rebus dari pagi sampai dengan pukul 19.00. Yang bikin saya geleng-geleng kepala adalah mereka harus berkeliling dengan membawa beban yang tidak ringan. Paling tidak 20 jagung yang sudah direbus dipikul oleh sang kakek, sedangkan si nenek bahkan sampai membawa 30 jagung plus kacang rebus! Terkadang setelah seharian berkeliling, semuanya harus mereka bawa pulang karena tidak laku. Tak tahan rasanya kalau mendengar cerita mereka. Walaupun tidak pernah sekalipun Nek Kesih mengeluh. Beliau bercerita dengan wajah yang selalu tersenyum. Heran!
Karena tidak tega, beberapa kali saya borong dagangannya yang tersisa. Paling tidak meringankan bawaan kakek dan nenek. Mereka bisa pulang dan tak perlu berkeliling lagi.
Ada satu hal yang selalu saya ingat. Mereka pasti menolak kalau hanya dikasih uang! Saya bilang bahwa ini ala kadarnya buat beli lauk. Sambil menggelengkan kepala, diserahkan si Nenek beberapa buah jagung seharga uang yang saya berikan. Bahkan harganya diturunkan alias dikasih diskon “ini spesial buat Eneng aja lho” begitu si Nenek selalu katakan.
******
Sudah hampir dua minggu kakek dan nenek tidak lewat depan rumah. Ada apa ya? Sempat terbersit perasaan yang tidak enak. Ada rasa kehilangan juga.
Sampai akhirnya dua hari yang lalu saya dengar suara teriakan nenek menjajakan dagangannya. Spontan saya keluar rumah dan menghampiri beliau. Si Nenek tersenyum saat saya panggil. Tapi dimana si Kakek ya?
“Kakek sakit Neng. Udah dua minggu hanya tiduran di kamar” Benarlah perasaan saya. Saya tanyakan apakah sudah dibawa ke dokter. Nenek menjawab bahwa Kakek sudah dikasih obat tradisional. Kakek ternyata paling anti ke dokter. Takut disuntik :)
Saat sedang memilih jagung, si Nenek tiba-tiba memegang tangan saya. “Neng, Insha Allah besok hari terakhir saya berjualan”. Saya sedikit terperanjat “Kenapa Nek? Kok berhenti berjualan?”. Beliau kemudian bercerita bahwa si Kakek sudah merasa bahwa hidup beliau tidak lama lagi. Penyakit yang dia derita, saat saya tanyakan penyakit apa Nenek hanya tersenyum, telah menggerogoti tubuhnya. Bila saatnya tiba, Kakek ingin meninggal di kampung halamannya.
******
Kemarin suara Nek Kesih tidak terdengar seharian. Bukankah ini hari terakhir beliau berjualan? Padahal telah saya niatkan untuk memberikan uang, walaupun tidak seberapa, lumayan untuk ongkos pulang kampung dan bekal seadanya.
Karena penasaran, malamnya saya minta tolong Tukang Ojek dekat rumah untuk mencari alamat beliau. Yang cukup mengherankan ternyata dia tahu rumah Nek Kesih!
“Saya tahu Bu rumah kontrakannya. Nenek itu baek banget. Sering ngasih jagung dan kacang rebus sama kita-kita tapi ga mau dibayar”
Saat tiba di rumah kontrakan Nek Kasih, hati saya cukup terenyuh melihat kondisinya. Mungkin belum pantas disebut rumah ya, kamar petakan tepatnya. Luasnya hanya 2,5m x 3m. Dinding kamar itu hanya ditutupi seng dan pintunya hanya tertutup setengah saja. Bagian atas pintu ditutupi kain agar tidak terlalu dingin di waktu malam.
Saat saya sampaikan maksud kedatangan malam itu, mereka berdua menangis sambil berkali-kali mengucapkan terima kasih. Saya pun tak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Ya Allah betapa yang hamba berikan sangatlah tidak seberapa! Menyesal rasanya hati ini karena tidak membawa lebih. Nek Kesih minta sama Kakek untuk berdoa untuk kebahagiaan saya dan keluarga. Doa yang begitu panjang dan semakin membuat hati saya bersedih.
******
Hari ini tidak terdengar lagi suara Nenek dan Kakek menjajakan dagangannya. “Mereka sudah berangkat subuh tadi Bu”. Begitu kata Tukang Ojek yang kebetulan lewat depan rumah.
Sekedar info, kemaren malam saat saya tanya berapa ongkos ojeknya, si abang menolak untuk dibayar. “Gratis Bu. Saya ga bisa kasih apa-apa buat Nenek. Cuma ini yang saya bisa kasih. Beliau orangnya baek”. Subhanallah!
Dan yang cukup membuat saya sedih adalah saat kemaren malam ngobrol dengan Kakek dan Nenek, saya baru tahu kalau jagung yang mereka jajakan dibeli dari tetangga dan keuntungan per jagung hanya 500 perak! Padahal tidak sekali dua kali mereka kasih diskon yang kalau dihitung untungnya hanya menjadi 200-300 perak!
******
Selamat jalan ya Kakek dan Nenek Kesih yang baik. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik buat kalian berdua.Tak terasa telah tumbuh rasa sayang di dalam diri saya dan keluarga. Sulit rasanya melupakan mereka, padahal baru sebulan terakhir kami cukup dekat. Serasa ada ikatan batin di hati kami...
Catatan: Foto di atas diambil sebagai kenang-kenangan di malam terakhir sebelum mereka pulang kampung.
subhanallah.. what a nice posting..
BalasHapussaya sampai terharu membacanya..
intinya kita harus bersyukur atas apa yg telah kita terima dari Nya sebagai rejeki kita selama ini. Jangan selalu melihat ke atas, lihat lah ke bawah. dan belajarlah nilai ketulusan dan budi pekerti luhur dari Nek Kasih ini...
ya Allah berikanlah kesembuhan kepada kakek, amin
pelajaran berharga yang tiada bandingannya..good posting
BalasHapusitu salah satu potret kehidupan bukan hanya di kota, di desa bahkan di negara maju sekalipun apalagi negara indonesia raya dengan segala macam korupsinya, dan saya yakin Allah punya rencana. Kita hanya menjalani dengan iklas & bersyukur.
BalasHapusTerkadang kita tidak memahami bahwa meraka sangat bahagia, karena kita terbiasa mengukur segala sesuatu dengan materi dan angka.
Saya menangis begitu bacanya... Dengan segala kekurangan kakek & nenek itu, mereka masih bisa berbuat baik & tidak mengharapkan belas kasih orang...Kadang2 kita lupa utk berbuat baik disaat kita sendiri dalam kesusahan...
BalasHapusInsya Alloh, kakek akan disembuhkan & Alloh memberikan mereka kemudahaan...amin
bisa dijadikan contoh oleh para pejabat sana...
BalasHapusposting yang bagus..mengharukann..
BalasHapuspelajaran bagus, makasih ya uda ingetin aku, biar lebih bersyukur lagi atas hidup dan keadaan ini. yah, hidup adalah perjuangan. :)
ya ALLAH..
BalasHapussemoga mereka mendapatkan uluiran tangan
dr org2 dermawan..
:D
Aku benar-benar terharu membacanya.. makasih mba...
BalasHapusHemmmm...kira-kira apa yang bisa aku lakukan yah...
BalasHapusterharu banget saya baca postingan ini.
BalasHapusbanyak hal positip yang bisa diambil.
bahwa di jakarta, masih ada orang2 seperti ini..
semoga kakek dan nenek bisa bahagia di kampungnya, sampai akhir hayat.
jadi kangen ortu dirumah...
BalasHapuswah tergugah jg hati baca cerita si nenek, simbol kesetiaan , kejujuran, ketabahan dan semuanya....trima kasih rumah islami....ingatkan terus akan kebajikan di era sekarang...
BalasHapusmenyentuh sekali artikelnya..
BalasHapusya itulah yang namanya ibukota .. semua jenis kehidupan ada...
BalasHapusMungkin kadang kita lupa bersyukur dengan kehidupan kita yang sudah ada, tapi justru dari saling berbagi pengalaman seperti inilah kita saling mengingatkan.
Jazakillah untuk sharingnya.
hhhmmm... gak bsa berkata2,, satu pelajaran hidup yg patut diperhatikan.. Allah maha pelindung,, maka IA akan melindungi umat nya yang setia kepada NYA.
BalasHapuswah... mbak... saya sangat terharu baca ceritanya...sampe bingung mau kasih komen apa. semoga kakek dan nenek Kesih diberikan limpahan rejeki, semoga kakek diberikan kesehatan
BalasHapuskedua mata saya berkaca-kaca baca postingan ini, nice posting
BalasHapusmungkin kisah ini adalah salah satu dari ribuan kisah empati yang wajib diketahui oleh manusia supaya lebih banyak bersyukur kepada Sang Maha Kholik
BalasHapuswahh... Nice postingan bro.. Hiks hiks hiks...
BalasHapusga bisa nahan air mata.....
BalasHapussalut nih ama sepasang kakek nenek itu. setiaaaa..banget...nah ini yang perlu ditanya"apa resepnya ya?"
BalasHapusPasti masih banyak Nek Kasih yg lain yg belum diketahui keberadaannya
BalasHapusallahualam..mudah-mudahan diusia yang sudah tua, kakek nenek tersebut mendapat kebahagiaan yg tidak pernah dirasakannya
BalasHapussebuah cerita yang sangat layak sebagi bahan renungan..
BalasHapusseandainya semua orang bisa seperti kakek dan si nenek...terutama yang mau maju ke senayan..
subhanallah...
hmmm...dengan bersyukur maka kita bisa menikmati apa hidup itu.sungguh posting yang bagus
BalasHapusterharu bgt sy bacanya.. contoh yg sangat baik y.. walopun miskin materi tapi hatinya sangat kaya..
BalasHapusawesome post..kadang dari kehidupan disekeliling kita membuat kita bisa mengerti betapa kita telah banyak dikaruniai kenikmatan..semoga kita selalu bersykur dan senantiasa dapat membantu orang-orang disekitar kita dalam kondisi apapun..
BalasHapusmengharukan, suatu pembelajaran yg bagus, nice post :)
BalasHapussebaiknya kita bersyukur atas segal yang telah diberikan Allah, semoga artikel ini bisa dijadikan pelajran bagi kita semua, amiin...
BalasHapus*sigh..
BalasHapus- merasa malu karena ketulusan hati mereka yg bgitu besar
- merasa sedih krn ga bisa berbuat apa2
semoga mereka diberi ketabahan dan kebahagiaan oleh Allah SWT,
amin...
waduh.. thx artikelnya, bisa jadi pembelajaran... :)
BalasHapusada sesuatu yang bisa saya ambil dari cerita ttg nek Kasih *terharu*
BalasHapuswalaupun hidup susah, serba kekurangan, tapi tetap bersyukur dengan yang dimiliki saat ini. tidak mau menerima uang kalau bukan karena beli jagung mereka (mereka tidak mau dikasihani)
bagi mereka, biarlah sedikit hasil yang di dapat dari hasil jual jagung, tapi menjadi berkah dan nikmat yang dirasakan.
good posting..bisa menjadi satu inpirasi.
HELLO MY BROTHER FROM TURKEY GREETÄ°NG YOU
BalasHapushttp://laracroft3.skynetblogs.be http://lunatic.skynetblogs.be
Alhamdulillah... syukur dan ikhlas selalu mampu menjawab semua cobaanNya...
BalasHapusSemoga Allah selalu memberikan yang terbaik dan terberkah bagi Nek Kesih, Kakek dan kita semua...amiin...
Makasih sharingnya ya...:)
Hi,thank you for the visit.Cheers.
BalasHapusterimakasih atas postingannya, mengingatkan kita atas arti syukur yang sebenarnya.. salam kenal bro :)
BalasHapussubhanallah...
BalasHapustulisan yang mengharukan..
saya suka ketemu manusia luar biasa seperti mereka.. yang udah jarang kita temui..
semoga si Kakek cepet sembuh, en bisa jualan lagi.. berbagi kebaikan dengan orang-orang sekitar...
amin..
terenyuh sekali membaca nya. Allhamdulillah kita masih bisa diberikan rezeki yang cukup
BalasHapusContoh hidup yang banyak memberi makna....agar manusia mengerti bahwa hidup ini adalah perjuangan..salam putra singkep
BalasHapusSubhanallah..speechless..trenyuh sekali membacanya...orang" yang sangat mulia...sementara diluar sana banyak sekali orang yang seenaknya menghambur"kan uang dan memakan hak orang kecil.InsyaAllah nenek Kasih dan kakek akan selalu dilindungi Allah dan menjadi ahli syurga..Amiieen..
BalasHapusBersyukurlah kita yang telah diberikan kelebihan rezeki.
BalasHapusMerupakan salah satu contoh...
BalasHapusMasih banyak orang2 di sekitar kita yg kehidupannya seperti itu..
Mari kita bantu mereka semampu yang kita bisa.....
saya terharu...
BalasHapusMudah2an orang-orang kaya di negeri ini peduli pada nasib orang seperti kakek-nenek itu.
Sangat sangat senang dengan ceritanya, memang benar kehidupan di kota lebih mengenaskan ketimbang kita hidup di kampung, orang banyak hidup dengan urusan masing2 sampai tetangga pun tidak tahu, mudah2an kehidupan dan perekomomian Indonesia bisa berubah di kemudian haris
BalasHapusterimakasih sudah berbagi kisah yang humanis banget.
BalasHapussemoga kakek dan nenek Kesih bisa merasakan kebahagiaan di kampung sampai akhir hayatnya.
kita pun dapat memetik hikmah dr postingan ini untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat yg sudah diberikanNya.
salam
jadi sedih sob...dari posting ini. Perlu direnungkan sejenak sebagai penghormatan
BalasHapusterharu T_T
BalasHapuspreman, penjahat, pembunuh, dan orang bengal kayak gue pasti terharu kalo baca...
salam kenal ya...
Sungguh sangat menyentuh hati. Semoga bersama mereka kebahagiaan yang indah di alam yang kekal nanti. Amin.
BalasHapuspostingannya bagus banget,tulisan ini memperlihatkan ketegaran seseorang...yang gak lain hanya Allah SWT Sang Maha Pengasih....
BalasHapusPelajaran yang sangat berharga untuk saya, postinga yang bagus. makasih
BalasHapusPelajaran yang sangat berharga untuk saya, postinga yang bagus. makasih
BalasHapusMenyimak tulisan anda saya jadi teringat juga pada sebuah pengalaman yang sering saya temukan. Sering saya menjumpai orang seperti yang anda ceritakan itu. Namun yang membuat saya heran, kenapa orang yang dianugrahi jiwa mulia seperti nenek Kesih dan yan lainnya jarang bahkan belum pernah ada yang tampil sebagai pemimpin. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa pemimpin kita tidak bijak, tapi itulah kenyataan yang selalu kita jumpai. Mudah-mudahan Kakek dan nenek Kesih diberi kesembuhan dan bisa berjumpa lagi dengan anda. Salam hormatku buat beliau bila anda berjumpa kembali.
BalasHapussaya pernah ke kota bandung dan jakarta..mmg penduduknya menarik berbanding malaysia.. :)
BalasHapusSemoga Allah memberikan kebahagiaan untuk Nenek dan Kakek itu di dunia dan akhirat Amin.
BalasHapusTerimakasih sudah memposting blog bagus ini.
Waduh, sedih juga bacanya :(
BalasHapussubhanallah...begitu menyentuh..
BalasHapuspencerahan buat saya di hari ini..
nice posting
BalasHapusmembacanya membuat saya terharu
membaca artikel ini aq langsung merinding, begitu baiknya si nenek ama kakek....
BalasHapussemoga kakek sembuh....
No komen,,just say Good Luck grandmother...!!
BalasHapusMengapa Orang seperti itu masih mau memberikan seagian rezkinya kepada orang lain??
BalasHapusSedangkan Orang kaya Sangat Jarang yang mau berbuat seperti itu....
Itu dikarenakan Orang yang "pernah berada di bawah mengetahui bagaimana rasanya menjadi 'orang bawah'" sedangkan orang kaya menganggap rendah orang bawah....
itulah mengapa tuhan memberikan coba-an kepada orang kaya agar cobaan itu dapat dipelajari dengan baik....
Cara Belajar
Subhanallah... saya sampai meneteskan air mata membacanya... Sungguh baik kakek dan nenek ini...
BalasHapusSemoga Allah SWT senantiasa melindungi mereka berdua, aamiin ya rabb...